Meneladani Pahlawan dan Pentingnya Memahami Sejarah

Administrator 11 November 2024 08:06:18 WIB

10 November kita rayakan sebagai Hari Pahlawan. Sudahkah kita meneladani para pahlawan kita? Secara umum seluruh rakyat Indonesia merayakan 10 November sebagai peringatan penting. Namun kita tak boleh berhenti di judulnya saja, bahwa tanggal itu adalah "sekedar" hari Pahlawan tanpa memahami latar belakang sejarah dan peristiwa di baliknya. Kita juga harus terus menggaungkan makna kepahlawanan itu supaya terus lestari dari generasi ke generasi. Sayangnya, minat memahami atau mengulas sejarah nampaknya terus menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena pendidikan sejarah kurang mampu menekankan kata "mengapa" dan "bagaimana" dalam menyikapi cerita sejarah. Generasi muda menganggap sejarah adalah suatu materi hafalan yang membosankan tentang apa, siapa, dimana, dan kapan. Benarkah demikian?

Coba misalnya kita ulas dari kata pahlawan itu sendiri. Generasi muda harusnya diberi pemahaman bahwa kata "pahlawan" berasal dari kata pahala-wan. Artinya, pahlawan adalah orang yang melakukan suatu tindakan untuk mendapatkan pahala dari Tuhan YME, bukan demi mendapat pujian dari manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Sementara dalam perspektif agama Islam, pahlawan adalah orang Islam yang berjuang menegakkan kebenaran (al-haq) demi memperoleh ridha Allah. Sayangnya, dalam bahasa gaul, kata pahlawan justru digunakan sebagai sinonim yang mengejek tindakan bunuh diri atau seseorang yang meninggal karena bunuh diri. Penjelekan makna (peyorasi) ini mestinya disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang apa dan bagaimana sejarah yang sebenarnya.

Tindakan para pahlawan di masa lalu seringkali didasari oleh kepentingan umum atau umat banyak, bukan hanya sekedar kepentingan pribadi. Misalnya R.A. Kartini, seorang wanita bangsawan yang menginisiasi pendidikan untuk seluruh golongan rakyat terutama wanita. Tindakan beliau tidak lepas dari kekaguman atas seorang ulama yaitu Kyai Sholeh Darat. Ulama dari Semarang itu memukau Kartini muda dengan menterjemahkan Surat Al Fatihah dalam Bahasa Jawa, dimana itu hal yang tidak pernah dilakukan ulama sebelumnya. Lain cerita Laksamana Keumalahayati, laksamana wanita pertama di Kesultanan Aceh itu memimpin pasukan laut untuk melindungi wilayahnya dari ancaman monopoli kapal-kapal dagang asing seperti Portugis dan Belanda. 

Kejadian 10 November 1945 pun merupakan tonggak sejarah penting yang harus dipahami secara mendalam. Secara permukaan, kita disuguhkan dengan peperangan melawan kekuatan asing di kota Surabaya. Hal itu tentunya bukan sekedar contoh keberanian dan tanggung jawab menjaga negara yang baru didirikan, dengan semangat persatuan dan kesatuan. Namun di balik itu bangsa ini perlu diingatkan apa yang mendasari semua perjuangan itu. Di satu sisi kita harus ingat kembali cita-cita bangsa sejak Sumpah Pemuda 1928, dimana bangsa ini dibentuk. Lalu para bapak-bapak pendiri bangsa memanfaatkan peluang untuk merdeka dari penjajahan asing, dan "memaksakan diri" untuk memproklamasikan kemerdekaan, daripada keburu dijajah lagi. Setelah itu, dibentuklah negara pada 18 Agustus 1945 dengan bedasar pada asas Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika untuk merangkul semua yang didirikan tahun 1928 tadi. Setelah itu, kita harus memberikan pengertian secara tegas dan keras bahwa kita bukan lagi jajahan bangsa asing, tapi berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Meskipun untuk itu kita harus menghadapi agresi dan pihak-pihak yang tidak mau menerima. Akhirnya, kita harus berani berhadapan dengan kepongahan dan kecongkakan "Sang Pemenang Perang Dunia" yaitu pihak Sekutu yang ingin mengatur dunia sesukanya. Hanya dengan semangat, keteguhan, dan iman yang kuat rakyat melawan balik agresi itu. Di sini juga kita diingatkan kembali bahwa iman menjadi satu faktor penting penggerak perjuangan, seperti Pengeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, dan banyak lagi lainnya dengan agama sebagai penggerak dan peneguh perjuangan mereka. Dengan Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Kyai (Hadratus Syaikh) Hasyim Asy'ari, para pemuda dari berbagai penjuru Pulau Jawa bergerak menuju Surabaya dan berjuang bersama menghadapi gempuran Sekutu. Alhasil, momen ini menjadi "neraka kedua" bagi pasukan Sekutu setelah pengalaman mereka menaklukkan Jerman di Stalingrad. Kita telah membuktikan, bahwa dengan keteguhan, keberanian, dan kebersamaan, sekuat apapun musuh yang menghadang bisa kita taklukkan.

Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2024.

Komentar atas Meneladani Pahlawan dan Pentingnya Memahami Sejarah

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License