Depresi Bukan Pertanda Kurang Iman

Administrator 07 Desember 2023 14:12:34 WIB

Menurut dr. Warih A. Puspitosari, depresi bukanlah pertanda seseorang kurang iman. Hal itu dijelaskan beliau Dalam Sosialisasi tentang kesehatan jiwa di Aula Kalurahan Sumbermulyo, Kamis (07/12/2023). Kebanyakan orang akan menanggapi bahwa depresi adalah masalah yang tidak perlu dipikir atau tidak penting. Bahkan menganggap penderita depresi sebagai orang yang kurang iman sehingga harus banyak-banyak beribadah. Tapi pada kenyataannya ada pula orang yang rajin ibadah namun tetap saja kena depresi. Mengapa demikian?

Dikutip dari mwa.org.au salah satu situs dakwah untuk muslimah Australia, bahwa jika depresi adalah tanda lemahnya iman lalu bagaimana dengan kisah Nabi Ayyub A.S.? Bukankah beliau mengalami depresi dan kesedihan berkepanjangan akibat kehilangan putranya, Yusuf dan kemudian Benyamin? Tentu bukan karena beliau lemah imannya terhadap Allah, kalau tidak mana mungkin status kenabiannya tidak dicabut.

Pernyataan bahwa depresi adalah tanda seseorang kurang iman tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Depresi adalah gangguan mental kompleks yang melibatkan berbagai faktor, termasuk genetika, faktor biologis, ketidakseimbangan kimia otak, trauma, stres, dan lingkungan. Ini bukanlah hasil dari kekurangan iman atau kelemahan spiritual.

Dikutip dari rahma.id pada (08.11.2020) bahwa mengacu pada penelitian 10 tahun Columbia University, menemukan bahwa orang yang menganggap agama dan spiritualitas penting bagi kehidupan memiliki tingkat depresi yang lebih rendah. Namun penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa frekuensi ibadah tidak berpengaruh terhadap depresi. Sehingga dalam berbagai kasus, meskipun seseorang menjalankan ibadah nyatanya saya tetap bisa terkena depresi. Faktanya depresi bisa menyerang siapa saja, dan tidak pandang bulu. Depresi tidak memandang agama, keyakinan, atau tingkat keimanan seseorang. Meskipun dukungan spiritual atau agama bisa menjadi bagian dari strategi pemulihan bagi beberapa orang, depresi sendiri bukanlah tanda kurangnya keimanan.

Belum lagi kita perlu membedakan antara religiusitas dan spiritual. Orang yang depresi seringkali diberi saran untuk memperbaiki ibadah atau memperbanyaknya, supaya ikhlas dan lebih banyak bersyukur. Padahal rajin ibadah tidak bisa dikaitkan dengan spiritualitas. Kenapa demikian? karena ibadah terkait dengan religiusitas sedangkan spiritualitas tidak selalu berhubungan langsung dengan ibadah. Religiusitas merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan ajaran, doktrin, nilai, peribadatan dan penghayatan. Sedangkan spiritualitas terkait dengan pengenalan dan pemahaman diri, sehingga mampu memotivasi diri untuk menampakan nilai dalam diri kedalam kehidupan sosial. Seseorang yang spirituil boleh jadi merupakan orang yang religius, dan itu berarti dia memiliki daya tahan yang tinggi terhadap depresi. Tapi orang yang sekedar rajin beribadah secara ritual namun kurang memahami hubungannya dengan Tuhan secara mendalam sangat mungkin gampang emosi, kurang sabaran, dan akhirnya mudah kena gangguan mental. Meski demikian, akan lebih baik hal itu kita bahas di artikel yang lain.

Mungkin kita lebih mudah untuk mencoba mengenali pencegahan terhadap depresi daripada pengobatannya. Sebab mengobati depresi, trauma, fobia, dan semacamnya adalah hal yang bersifat kompleks. Pencegahan depresi melibatkan kombinasi dari perubahan gaya hidup, dukungan sosial, dan manajemen stres. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu:

  1. Gaya Hidup Sehat:

    • Olahraga Teratur: Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi.
    • Pola Makan Seimbang: Makan makanan bergizi dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.
    • Cukup Tidur: Pastikan untuk mendapatkan cukup tidur setiap malam, karena kurang tidur dapat memengaruhi suasana hati.
  2. Manajemen Stres:

    • Teknik Relaksasi: Praktek teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu mengelola stres.
    • Manajemen Waktu: Atur waktu dengan baik untuk menghindari kelelahan dan tekanan yang berlebihan.
  3. Dukungan Sosial:

    • Hubungan Sosial: Pertahankan hubungan sosial yang sehat dengan teman, keluarga, dan komunitas.
    • Bicara dengan Orang Lain: Jangan ragu untuk berbicara dengan seseorang jika Anda merasa tertekan atau stres.
  4. Hindari Zat Adiktif:

    • Hindari penggunaan zat adiktif seperti alkohol atau obat-obatan terlarang, karena hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental.
  5. Tanggapi Tanda-Tanda Awal:

    • Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami perubahan suasana hati, energi, atau perilaku, segera cari bantuan profesional.
  6. Keseimbangan Kerja-Hidup:

    • Usahakan menciptakan keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan waktu istirahat.
  7. Konseling atau Terapi:

    • Jika Anda memiliki riwayat depresi atau merasa cenderung mengalami gangguan suasana hati, pertimbangkan untuk mendapatkan dukungan konseling atau terapi sejak dini.

Penting untuk diingat bahwa pencegahan depresi adalah pendekatan holistik yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala depresi, penting untuk mencari bantuan profesional segera. Terapis atau dokter dapat membantu menentukan pendekatan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan spesifik Anda.

Komentar atas Depresi Bukan Pertanda Kurang Iman

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License